Rabu, 08 April 2009

Istri Tercinta Rosululloh SAW

Siti Khadijah binti Khuwaylid radiallahu anha (Ummul Mukminin pertama) lahir di Makkah tahun 556 dari keluarga terpandang. Saat bertemu dengan Muhammad - pemuda tampan yang dikenal sebagai orang terjujur alias Al-Amin, bertubuh jangkung, berambut ikal sebahu, berjenggot segenggaman, berdada bidang serta memiliki barisan gigi sedemikian indah sehingga bila dia tersenyum, menurut salah satu kisah, kalahlah cahaya matahari -Khadijah adalah janda berusia 40 tahun yang bertubuh ramping, berkulit putih dan cantik bermata jeli.
Khadijah sang saudagar menaruh minat kepada Muhammad, yang bekerja menjualkan barang-barang

miliknya bahkan sampai ke Syam, yang kini disebut Suriah. Maka diutuslah Nafisah bertanya kepada si pemuda 25 tahun, "Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri? Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?"
"Siapakah dia?" tanya Muhammad bertanya. "Khadijah!" Nafisah berterusterang. "Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!"
Tahap berikutnya adalah berkumpulnya para pemuka Makkah, termasukWaraqah bin Naufal dan Abu Thalib yang dengan resmi meminang Khadijah untuk Muhammad. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kahwin lima ratus dirham. Abu Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan "Ash-Shiddiq", sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung.
Peristiwa pernikahan Muhammad dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari Jumaat, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah adalah bapak saudaranya bernama Amir bin Asad, sedang Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib yang mengatakan, di antaranya, ""Sesungguhnya anaksaudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya dia lebih berat dari mereka sekalian." Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: "Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu.
Engkau bebas membelanjakannya kejalan mana yang engkau ridhai !"
Khadijah adalah wanita pertama yang memeluk Islam dan semua harta kekayaannya, sebagaimana dijanjikannya sendiri, disediakannya untuk mendukung dakwah suaminya. Juga, karena kewibawaannya di hadapan suku Quraisy, ia pun menjadi pelindung Rasulullah Sawdari ancaman orang-orang Quraisy.
Nabi Muhammad SAW sangat mencintai Khadijah. Meskipun Khadijah sudah meninggal beberapa tahun, Rasulullah Saw masih tetap mengenangnya

Senin, 06 April 2009

Tujuan Pernikahan Dalam Islam

Menikah untuk ibadah.
Jadi apapun yang kita lakukan untuk keluarga, tujuannya semata-mata untuk ibadah. Misalnya keluar rumah untuk bekerja, niatnya karena untuk mencari penghasilan yang halal bagi keluarga.

Menikah untuk menjalin silaturahmi.
Artinya, kesibukan suami dan istri jangan sampai mengurangi silaturahmi. Bisa jadi dari segi kuantitas berkurang, tapi kualitas silaturahmi harus tetap dipertahankan. Untuk apa berjam-jam bertemu,tapi hanya dimanfaatkan untuk bertengkar. Hendaknya waktu yang sedikit itu digunakan terutama untuk saling curhat atau bercerita apa saja yang telah masing-masing pasangan seharian itu. Apapun yang dipercakapkan, haruslah dilakukan dengan lapang hati dan kepala dingin alias janganlah diwarnai dengan emosi yang memicu pertengkaran. Seperti kata Rasulullah Saw agar Muslim menjadikan rumah mereka sebagai surga mereka.

Menikah untuk mendapat keturunan yang shalih dan shalihah.
Dengan demikian suami dan istri wajib mendidik anak sebagai wujud amanah dari Allah Swt. Yaitu memberikan pendidikan iman, akhlakdan intelektual.

Menikah untuk mendapatkan rezeki yang halal dan thayyibah.
Menurut hadis Rasulullah Saw, "Allah akan mencukupkan rezeki bagi manusia yang niatnya menikah karena Allah."

Menikah untuk mendapatkan ridho Allah.
Bukankah tujuan. hidup di dunia inia adalah semata-mata untuk mencari ridho Allah? Jadi Anda mesti membuktikan kesungguhan niat menikah itu dengan ketulusan hati dan tanggungjawab serta banyak bersyukur atas apapun yang telah diberikan oleh Allah. Kebahagiaan tidak terletak pada rumah yang mewah dan harta berlimpah, tapi terletak pada hati yang penuh syukur pada Allah Swt.

Menikah untuk menjaga diri dari perbuatan dosa, misalnya zina.