Jumat, 23 Oktober 2009

Indahnya Menikah

Sesungguhnya salah satu fitrah manusia adalah menyukai akan keindahan. Maka orang akan cukup merasa bahagia jika suatu saat mendengar ataupun melihat sesuatu yang menurut dirinya Indah. Dan rasa bahagia ini akan terasa lebih nikmat lagi, jika hal itu dimilikinya. Inilah isyarat yang dapat kita tangkap dalam Firman Allah berikut:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.s. Ali Imran [3] :14)

Begitu pula kecintaan manusia akan lawan jenisnya, akan terasa lebih nikmat dan indah saat dimilikinya secara halal,- sebab segala sesuatu yang diperoleh dengan jalan yang haram tidak akan pernah mendatangkan ketenangan jiwa. Adapun jalan keluar yang halal, yang bisa menghantarkan manusia sampai ke puncak kenikmatan dan keindahan terhadap lawan jenisnya adalah dengan jalan menikah. Karena tidak ada jalan yang paling baik dari dua insan berlainan jenis yang saling mencintai selain dari menikah. Inilah yang dipesankan Rasulullah Saw. kepada kita melalui sabdanya:

"Tidak ditemukan jalan lain bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah" (HR. Ibnu Majah)

Adapun hikmah dibalik anjuran Rasulullah Saw tersebut adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan maksiat serta agar keduanya segera dapat menikmati keindahan dan kebaikan dari menikah yang sangat banyak. Sebab orang yang belum menikah, dapat dipastikan bahwa dirinya tak akan pernah bisa merasakan suatu kenikmatan yang hakiki terhadap lawan jenisnya di dunia ini. Dan andaikan orang yang belum menikah mengerti manfaat dan kebaikan dari menikah tentu akan tidak sabar lagi, jika harus terlalu lama menunggu untuk menikah, karena begitu banyaknya manfaat dan kebaikan dari menikah. Maka tidaklah berlebihan jika sahabat Ali bin Abi Thalib ra. saat mengetahui keindahan dan kebaikan dari menikah lantas berkata :
"Saya sangat merindukan pernikahan". Untuk itu jika kamu ingin tahu serta masih penasaran tentang kenikmatan, keindahan serta kebaikan yang dapat kita raih dari menikah jika niat kita benar, maka silakan simak dengan seksama ungkapan-ungkapan kebahagiaan yang dirasakan oleh mereka yang telah menikah dan mengerti kebaikan yang ada dari menikah, yang diantaranya adalah :

A. Ingin Ku Raih Penghargaan Yang Tinggi dari Allah
Menjadi hamba yang baik dari Allah yang Maha Penyayang adalah dambaan setiap orang yang beriman. Apalagi jika pengakuan sebagai hamba yang baik itu sendiri datangnya langsung dari Allah, bukan hanya sekedar perasaan kita (soalnya siapa sih yang tidak merasa dirinya sudah baik?) atau penilaian manusia, seandainya kita dapat bocoran info ini, bahwa kita termasuk salah seorang yang mendapat gelar Ibadur Rahman (Hamba yang baik dari Yang Maha Penyayang) ini disisi Allah, mungkin jantung kita akan jadi berhenti berdetak saat itu juga karena sangat gembiranya. Tapi yang harus diingat adalah bahwa pemberian gelar tersebut kepada seseorang tentu tidak langsung begitu saja tanpa ada sebabnya. Tahukah kamu apa salah satu syarat yang harus kita penuhi untuk mendapatkan gelar ini? Syaratnya adalah jika kita memiliki azam yang kuat untuk menikah dengan niat suci, yaitu hanya mencari ridha Allah semata. Azam vang kuat tentunya bukan hanya sekedar keinginan untuk menikah, tanpa adanya tindak lanjut seperti banyak berdo'a agar diberi pendamping hidup yang shaleh/shalehah, serta mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya guna menyongsong datangnya jodoh. Sebab tentang ini Allah telah memberikan isyarat dalam Firman-Nya:

Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang (Ibadur Rahman) itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)keselamatan Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (Q.s. al-Furqaan [25] :63-74)

Dan terhadap mereka yang telah mendapat gelar Ibadur Rahman ini, akan di beri pahala yang sangat tinggi baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam ayat selanjutnya :

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya mereka kekal di dalamnya.surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Q.s. al-Furqaan [25] :75-76)

Adanya pujian dan penghargaan dari Allah kepada mereka yang bercita-cita menikah dengan senantiasa berdo'a memohon kepada Allah, agar diberi pasangan hidup yang shaleh/shalehah seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah lebih dari cukup, karena mencakup penghargaan dunia dan akhirat. Suatu penghargaan yang menjadi cita-cita dan idaman setiap muslim di seantaro dunia!!! Terus terang penulis sangat mendambakan kiranya Allah memberikan penghargaan yang tinggi (Ibadur Rahman) ini, lantas bagaimana dengan kamu? Oleh karena itu, jika kamu memang benar-benar menginginkannya, maka senantiasa lantunkanlah do'a tersebut dan kuatkanlah : azam untuk segera menikah. Oke?

B. Dengan Ini Semoga Dienku Menjadi Sempurna
Sungguh ada sebagian orang yang enggan menikah, bukan karena adanya alasan yang dibenarkan secara syariat. Padahal nikah adalah salah satu jalan untuk menyempurnakan dien seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

"Barangsiapa yang dikaruniai seorang istri yang sholehah, berarti dia telah membantunya menyempur¬nakan setengah dari Ad-Diennya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah lainnya". (HR. alh'Thabrani, al-Hakim dan al-Baihaqi dari Anas bin Malik ra.)

Salah satu alasan yang biasa mereka gunakan untuk menguatkan pendapatnya yang enggan menikah adalah "Bukankah Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi ; jang terkenal dengan kitab hadits Arba'innya sampai mereka wafat juga belum menikah?" Dalam hal ini penulis merasa perlu kiranya menjelaskan tentang keadaan mereka yang sebenarnya agar lebih jelas duduk permasalahannya. Mengawali penjelasan ini penulis perlu menegaskan kembali bahwa Mereka itu manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah. Selain itu sebagian hidup mereka digunakan untuk menuntut ilmu dan digunakan untuk membantah orang-orang yang ingin merusak orang Islam dengan pendapat mereka yang menyimpang dari kebenaran. Hal ini dapat kita lihat dari ucapan Ibnu Taimiyah sendiri, "Saya tidak punya waktu untuk menikah" Karena saat itu dirinya sangat sibuk menyiapkan bantahan-bantahan yang ditujukan kepada ahli kalam dan ahli bid'ah. Dan dari perkataannya tersebut dapat kita lihat bahwa bukan berarti dirinya tidak suka nikah tapi keadaanlah yang menyebabkan dirinya belum sempat menikah tapi keburu sudah dipanggil menghadap-Nya. Sehingga kondisi mereka berdua yang belum menikah sampai wafatnya, sama sekali tidak dapat dijadikan dasar untuk tidak menikah. Bukankah yang Allah perintahkan kepada kita jika ingin mengharap rahmat-Nya adalah agar menjadikan Rasulullah Saw sebagai satu-satunya uswah yang benar seperti yang dijelaskan dalam Firman-Nya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)

Juga Firman-Nya yang berikut:

"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah Saw), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Bukankah Rasulullah saw yang Allah perintahkan kepada kita untuk menjadikannya uswah juga menikah? Sehingga Beliau sangat menginginkan agar para pengikutnya untuk menikah dan melarang meninggalkannya.

Menikahlah!Sesungguhnya aku amat bangga dengan jumlah ummatku yang banyak dan jangan seperti pendeta Nasrani (yang tidak mau menikah) (HR.Al-Baihaqi dari Abu Umamah r.a)

Bahkan Allah sendiri juga menganjurkan orang vang sendirian agar segera menikah? Adapun perintah tersebut dapat kita lihat di dalam ayat:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu (Q.s. An-Nuur [24] : 32).
Karena ayat inilah yang menjadikan sahabat Umar bin Khaththab ra. heran jika ada orang yang meninggalkan nikah. Sebab Beliau pernah berkata: sesungguhnya aku sangat terkejut melihat orang yang meninggalkan nikah setelah mendengar ayat tadi".
Diriwayatkan pula bahwa Sa'id bin Hisyam ra. pernah menemui Aisyah ra. dan bertanya kepadanya, "Saya ingin bertanya tentang tabbatul(Tabatul adalah memutuskan hubungan dengan wanita dan meninggalkan nikah hanya untuk beribadah kepada Allah). Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini? Aisyah ra. berkata, "Jangan kamu lakukan hal itu, aku telah mendengar Firman Allah:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan (Q.s. ar-Ra.'du [13] :38)
Maka janganlah kamu bertabatul sementara ayat di atas sangatlah jelas. (Riwayat an-Nasa'i, Ibnu Majah ds at-Tirmidzi)
Sehingga karenanya pula Ahmad bin Hanball salah satu guru Ibnu Taimiyah ketika ada orang yang bertanya kepadanya, "Apakah meninggalkan nikah merupakan keutamaan?" Beliau menjawab, "Tidak, justru menikah adalah satu keutamaan." Dikatakan kepadanya lagi, "Si fulan belum menikah!?" Beliau menjawab, "Ah, tapi Rasulullah Saw menikah!". Selanjutnya ia berkata, "Barangsiapa yang mengajak kamu untuk membujang (hidup dengan tidak menikah) maka sebenarnya dia telah mengajak kamu kepada agama selain agama Islam".
Dan orang yang paham akan hakikat ini, tentu akan mencintai pernikahan. Mereka mencintai pernikahan bukan karena dorongan nafsu biologis semata, tapi lebih kepada niat suci yaitu untuk menyempurnakan setengah diennya menuju keridho'an Allah dengan mengikuti sunnah Nabi-Nya Saw. Dengan ini semoga dienku menjadi lebih sempurna adalah sebuah harapan dan kalimat yang layak diucapkan oleh mereka yang sudah menikah.
Dengan demikian menikah dalam artian mendapatkan pasangan hidup termasuk sebuah kurnia yang besar setelah nikmat iman. Oleh karena itu, hendaknya hal ini segera diraih oleh setiap muslim yang telah mendapatkan pancaran iman dan mampu untuk menikah.
"Apa yang dicari seorang mukmin setelah taqwa kepada Allah tidak lebih baik dari seorang wanita yang Soleh,, Apa yang dicari seorang wanita mukminah setelah taqwa Mda Allah tidak ada yang lebih baik daripada seorang -laki yang Sholeh.
apabila diperintah ia menta'atinya, apabila dipandang sangat menyenangkannya, apabila disumpah ia melaksanakannya dengan jujur, dan apabila ditinggal pergi ia menjaga dirinya dan harta suaminya". (HR. Ibnu . dari Abu Umamah ra.)
Berkata Umar bin Khaththab ra. dalam atsarnya tidak ada pemberian yang lebih baik kepada seseorang setelah. pemberian Iman kecuali wanita yang Sholehah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

udah nikah belom mba'?? :P

Posting Komentar